Jumat, 30 Desember 2011

Taman Mini Indonesia Indah-ku sayang, Taman Mini Indonesia Indah-ku malang


Teman-teman, walaupun sudah lebih dari satu dasawarsa tinggal di Jakarta namun diriku belum sempat menikmati hal-hal yang ada di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dengan leluasa dan cukup waktu.
Pernah sekali aku ke TMII dalam rangka dinas dan melihat-lihat panggung untuk acara live di TV. Lain waktu, aku menemani Saudara yang datang dari daerah untuk mengunjungi Theater Keong Emas. Hanya beberapa tempat dan itupun menghabiskan cukup banyak waktu. Kemarin, aku kembali ke TMII guna menemani Saudara dan keponakan yang datang dari daerah Kalimantan Barat. Setelah melihat pertunjukan di Keong Emas, mereka kuajak ke Museum Puspitek (namun jika kita lihat ke situs www.tamanmini.com, Musem Puspitek tidak ditampilkan). Ada hal menarik yang kutemukan di sana, karena baru pertama kali masuk ke Museum Puspitek jadi aku mengamati setiap hal yang kutemui.Aku terpesona melihat informasi yang disajikan di Museum ini, karena hal-hal yang sebelumnya pernah kutemui di negara tetangga (di Petroscience Malaysia) ternyata telah lebih dulu dmiliki oleh TMII. Namun sayang seribu sayang, hal-hal yang sangat bagus dan informatif dari sisi ilmu pengetahuan ini tidak dirawat dengan baik (atau mungkin tidak terawat sama sekali).

Mulai dari pintu masuk, aku menemukan adanya permainan bola dalam kotak akuarium yang tidak ada informasi yang menyertainya serta tidak ada guide yang memandu sama sekali. Beranjak ke permainan berikutnya, terlihat tulisan informasi yang ditulis dalam bahasa Inggris, namun tidak ada terjemahan dalam bahasa Indonesianya. Mendekati tempat permainan cahaya aku melihat mikroskop yang tidak terawat sama sekali, bukannya mikro organisme yang dapat kita lihat, tetapi isolasi (plester) yang sudah kotor dan berdebu yang berada di bawah mikroskop.
Seterusnya di bagian pencerminan, yang terlihat adalah bayang-bayang buram karena cerminnya (lempengan seng) sudah baret-baret dan kusam. Sepanjang perjalanan di Museum ini, hanya satu lokasi yang ada pemandu (relawan) yang memperagakan permainan tebak tanggal lahir dan bagaimana memindahkan koin tanpa harus membuang air dari wadah bejana datar.


Ah... kamu sih datangnya pada tanggal 30 Desember 2011, khan akhir tahun dan orang liburan. Mungkin benar saya yang datang tidak pada waktu yang tepat, namun tetap yang kulihat adalah tempat yang sangat baik namun tidak dikelola dengan profesional atau tidak ada sense of belonging (rasa memiliki) dari pengelolanya .


Barangkali isu utamanya adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk menggaji pemandu (guide) serta penjaga setiap permainan. Jika benar demikian, saya rasa ada solusi yang mudah, meriah dan memberikan manfaat serta kebanggaan bagi semua orang yang merasa memiliki dan menjadi bagian dari TMII.

Caranya.......?

Begini:
1. TMII harus menjalin kerjasama dengan sekolah-sekolah (setara SMP atau SMA).
2. Buat program kerjasama untuk menjadi pemandu atau pendamping pada setiap permainan yang diperagakan (yang bersifat science).
3. Berikan kompensasi kepada pihak sekolah berupa tike masuk gratis sebagai kompensasi (besaranya bisa diatur dan dihitung).
4. Berikan sertifikat penghargaan atas kesediaan sekolah untuk bekerjasama dengan TMII.

Hal-hal positif yang didapat dari kerjasama ini adalah:
1. Sekolah yang diajak bekerjasama merasa diapresiasi.
2. Siswa yang terlibat merasa memberikan sumbangsih berharga bagi TMII dan merasa diapresiasi.
3. Pengunjung yang datang mendapatkan informasi yang lengkap dan puas atas keberadaan Museum Puspitek ini.
4. Anak-anak yang mengunjungi Museum akan terpuaskan rasa ingin tahunya karena diberikan panduan dan penjelasan yang mudah dimengerti sehingga mereka akan melihat science sebagai hal yang menarik.
5. Meningkatkan rasa cinta generasi muda kepada TMII

Hanya ulasan dan pendapat ini yang dapat saya sampaikan, semoga berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Salam tutup tahun
Semoga kehidupan bangsa Indonesia semakin baik di tahun yang akan datang.
Jakarta, 31 Desember 2011