Minggu, 12 September 2010

Fotografi Yang Pernah Terlupakan

Hei teman, tadi malam (13/9/2010)aku dan keluarga maen ke Gramedia Mall Taman Anggrek setelah seharian mengurus rumah bersama istri dan anak-anak minus pembantu.
Yah, lumayan pegal nih badan karena memainkan peran sebagai pembantu rumah tangga yang baik. Maklum saja sudah lebih dari 10 tahun tidak mengurusi pakaian sendiri seperti saat bujangan dulu. Mulai dari nyuci piring, nyuci pakaian sampai menggosok pakaian. Jadi ingat masa-masa lajang dulu. ha...ha...haa....

Point yang mau aku ceritakan bukan tentang di rumah, tetapi tentang di Mall Taman Anggrek (MTA).
Ketika mulai beredar di antara tumpukan buku-buku di Gramedia, aku melihat sebuah buku yang berjudul Kiat Sukses Deniek G. Sukarya Dalam Fotofrafi dan Stok Foto. Buku ini memancingku untuk membukanya dan membaca tulisan yang ada di dalamnya.
Pikiranku jadi terbang melayang ke masa-masa SMA dulu, saat pertama kali aku bersentuhan dengan mata pelajaran yang bernama fotografi. Ketika itu aku punya keinginan di dalam hati untuk belajar fotografi dengan serius. Karena senangnya, aku membeli buku tulis yang khusus untuk mencatat pelajaran ini (buku isi 100 halaman). Buku ini kusampul gambar yang bagus, dan kuberi sampul plastik. Masih kuingat bahwa gambar kamera yang kutempel di dalam buku itu adalah kamera PENTAX yang membeberkan detail tombol-tombol yang ada dalam sebuah kamera serta kegunaannya. Guruku yang mengajarkan pelajaran fotografi adalah Bapak Tjiptadi yang menjadikan fotografer sebagai profesi utamanya sedangkan guru menggambar sebagai profesi ikutan.

Kalian mau tahu apa yang kurasakan? Begitu membaca sekilas tentang buku karangan Deniek ini, semangat dan kerinduanku untuk mendalami fotografi bangkit kembali. Seakan-akan dia berkata "hei aku masih disini untuk menemanimu mencari dan mengabadikan gambar-gambar indah tentang alam dan kehidupan".
Aku belum punya kamera SLR (Single Lens Reflex), barangkali aku harus menabung dulu supaya dapat membelinya. Yah.... harus ada pengorbanan untuk sesuatu yang kita inginkan, bukankah begitu....? (ingat ini keinginan bukan kebutuhan).
Namun demikian aku memiliki kamera digital compact yang dapat kujadikan alat untuk mulai mempraktekkan panduan yang diajarkan dalam buku Deniek G. Sukarya ini.

Lebih mudah bagiku memulai dari apa yang ada walaupun belum sempurna dibanding membuat semuanya sempurna lalu baru memulai sesuatu.

Satu hal yang kuingat dari buku Deniek adalan FOTOGRAFI ADALAH SENI MELIHAT, jadi apapun hal yang kulihat di dalam kehidupan sehari-hari dapat dijadikan obyek fotografi, dan menjadikannya bernilai karena disajikan dengan cara yang benar dan tepat.

Cara mencatat hasil fotopun menurut buku Deniek Sukarya ternyata punya aturan sendiri, misalnya
Bulan di kala fajar di Gunung Bromo, Jawa Timur
Canon EOS 5D Mark II,
16-35mm f.2.8L,
ISO 1250, program Av,
30 detik f.11

mirip daftar pustaka pada tulisan ilmiah, yah......:)

Wow....., walaupun baru membuka beberapa halaman, aku merasa bahwa memiliki buku ini merupakan suatu kekayaan baru dalam ilmu fotografi.
Sepertinya aku akan banyak mengalokasikan waktuku untuk mulai menekuni fotografi.
Buat Pak Deniek G. Sukarya, terima kasih karena telah menulis buku tentang fotografi yang membuka cakrawala saya dengan bahasa yang mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sangat bagus.

Bagi teman-teman yang mau meilihat hasil karya Pak Deniek, dapat membuka situs beliau di www.denieksukarya.com