Sabtu, 29 Januari 2011

Majapahit dan Buah Maja


Teman......., ketika masih SMP dulu, aku ingat pada pelajaran sejarah diceritakan tentang kerajaan Majapahit yang didirikan oleh Raden Wijaya atau lebih dikenal dengan nama Kertajasa Jayawardhana.
Jika menyebut kerajaan Majapahit maka yang muncul otomatis dalam kepalaku adalah Patih Gajah Mada dengan Sumpah Palapa-nya.
Salah satu hal menarik yang diceritakan dari pelajaran sejarah tentang kerajaan Majapahit adalah nama Majapahit sendiri berasal dari nama buah yaitu Maja yang berasa pahit ketika dimakan oleh pasukan Raden Wijaya.

Nah...., setelah sekian lama lupa kisah tentang buah maja yang ternyata berasa pahit itu, aku mendapatkan jawabannya di Cikampek.
Aku bisa mengerti kenapa terjadi kekecewaan pada pasukan Raden Wijaya terhadap buah maja ini. Ceritanya ketika aku sedang melakukan dinas ke daerah Cikampek, di Kota Bukit Indah Plaza Hotel (lokasinya berada di pinggir tol Jakarta Cikampek), di halaman hotel kutemukan pohon maja yang sedang berbuah.
Memang sekilas buah ini terlihat menggoda orang yang berada di dekatnya. Bentuknya mirip melon dan warnanya hijau segar. Ukurannya relatif sama dengan buah melon dan kulitnya terlihat licin.

Wah... ternyata buah ini tidak dapat dimakan. Sayang...sayang... sayang... (seperti Ipin saja).
Namun demikian aku bisa merasakan kekecewaan orang yang mengharapkan sesuatu yang dapat menghilangkan dahaga menjadi kecewa karena buah yang ditemui tidak berasa manis seperti tampilan buahnya.
Ah..... buah maja, engkau memang menggoda selera tetapi .... @&*?/

Rabu, 12 Januari 2011

Pantai Carolina


hei kawan....., kalian pernah membayangkan bermain di pantai tanpa banyak pengunjung yang lainnya,.... seakan-akan pantai milik pribadi ....?
nah,... aku mengalaminya ketika kami sekeluarga pergi ke Pantai Carolina (berada +/- 20 km dari pusat kota Padang ke arah Selatan). Biasanya orang-orang mengatakan ke Pantai Bungus...., namun ada tempat wisata yang diberi nama Pantai Carolina. Dulu sewaktu bintang film Meriam Belina masih muda (dan ngetop), beliau sempat maen ke pantai ini dan difoto oleh temanku. memang cantik mbak Meriam Belina di foto itu (maklum wajahnya ada kesan darah indo campuran begitu..)

kenapa pantainya bisa sepi...., yach karena kami maen ke sana pada hari kerja (tanggal 22 Desember 2010) dan waktunya juga sudah sore (+/- pk. 15.30), jadi kami menikmati pantai yang bersih dan nyaman.
kerinduan untuk bertemu pantai ini sudah lama kupendam, bahkan sering kuputar ulang dalam angan ketika akan tidur diwaktu malam.
kenapa......? karena di tidak jauh pantai ini ada pelabuhan (kami menyebutnya Labuan Tarok).... tempat orang melelang ikan, dan ada dermaganya juga...... Waktu aku masih kecil,.... bersama abangku.... kami berdua memancing di dermaga ini... hingga sore (umpan sudah habis.....).
karena airnya jernih,..... dan di pinggir laut...., jadi kami dapat melihat ikan yang akan memakan umpan yang ada di pancing..... bahkan ada ikan yang mulutnya lebar (kami menyebutnya ikan pisang pisang, yang suka makan umpanku....) ukuran ikan ini relatif kecil, tetapi sudah memberikan kepuasan yang cukup bagi amatir yang ingin merasakan nikmatnya memancing....?

eh... aku jadi melebar ya..., sebenarnya aku ingin bercerita tentang Pantai Carolina.
saat kami sekeluarga ada di pinggiran pantai, datanglah seorang Bapak yang menawarkan jasa untuk melancong ke pulau pasir (+/- 15 menit perjalanan dari pantai)dan hanya perlu merogoh kocek untuk mengeluarkan uang Rp 100 rb, maka kami sudah dapat menginjakkan kaki di pulau kecil yang pasirnya putih (begitu tawaran beliau).
bagiku pribadi, bermain di pasir yang putih sudah sering kulakukan sewaktu kecil...., dan hal ini kutawarkan kepada anak-anak untuk memutuskan apakah mereka mau menerima tawaran di Bapak tadi. Karena dua bocah cilik ini sedang menikmati bermain pasir (walaupun tidak putih, tetapi juga bersih...) mereka merasa tidak tertarik sama sekali. mereka sibuk membangun benteng pasir beserta kolamnya untuk menghadang air laut yang akan menimbus tumpukan tanah yang mereka gali.

yah..., mereka sedang menikmati dunia bermain air laut dan pasir, tanpa ditegur dan tanpa ada gangguan dari orang lain..... (senang... senang.... senang)... aku tidak mau memaksakan kehendak kepada anak-anak, dengan berusaha sesopan mungkin, kutolak tawaran si Bapak. mungkin beliau kecewa, tapi aku tidak ada maksud untuk mengecewakannya....., aku hanya ingin menyenangkan keluargaku selama liburan ini.

di pinggir pantai, ada penjual kelapa yang menawarkan 1 butir kelapa muda seharga Rp 10 ribu. menurutku harga ini terlalu mahal (maklum di pantai Anyer-Banten, aku biasanya membeli kelapa seharga Rp 5 ribu) karena pohon kelapanya tumbuh di pinggir pantai itu, tinggal dipetik saja. bukannya pelit tidak mau mengeluarkan uang untuk membeli kelapa, tetapi cara penjualnya menawarkan kelapa dagangannya kurang simpatik, sehingga aku memutuskan tidak membeli (walaupun ada keinginan untuk membantu pedagang kecil seperti ini).

eh teman,.... jika kalian ingin melihat pantai-pantai yang indah dan bersih, mainlah ke Sumatera Barat,.... dari Labuhan Tarok tadi kalian bisa pergi ke pulau-pulau kecil yang jaraknya tidak terlalu jauh dari daratan. kalian bisa menikmati keindahan alam Sumatera Barat. Ada juga cottage di pulau-pulau itu.

secara natural, aku berani mengatakan bahwa pantai di Sumatera Barat sangat indah :), namun mungkin karena faktor budaya di sini berbeda dengan budaya di Bali, maka pantai di Sumatera Barat ini kurang digemari turis seperti di Bali.

aku sempat berkhayal...., jika sudah pensiun nanti, aku ingin menjadi guru/dosen yang mengajar di kampung halamanku ini. gaji bukan tujuan utama, tapi aku ingin insan di nagari Rumah Gadang ini dapat pengetahuan tanpa harus membayar mahal. selama cukup buat sandang dan pangan serta papan,..... kurasa cukuplah.
ah.... ini hanya angan-angan,..... kenyataannya kebutuhan hidup dari hari ke hari memaksa diriku untuk berpikir mencari kesempatan untuk dapat menghasilkan uang dari setiap peluang usaha yang muncul di depan mata.(mudah dalam teori, susah dalam prakteknya......) semoga angan-anganku ini dapat menjadi kenyataan. Insya Allah

Indahnya Danau Maninjau di Sumatera Barat


teman...., memenuhi janjiku yang lalu..... sekarang aku akan bercerita tentang keindahan alam negeri Minangkabau. Kumulai dari sebuah danau yang bernama Danau Maninjau.
Tanggal 23 Desember 2010, aku dan keluarga beserta Ibu mertua berangkat menuju Danau Maninjau melalui jalan Lubuk Basung. alasan aku mengambil jalur ini (bukan jalur Padang Bukittinggi) adalah karena jalur ini akan melalui kota Pariaman, yang ujungnya akan tiba di bagian ujung Danau Maninjau. ada kenangan masa kecil ketika aku berdua dengan abangku dulu menikmati nasi bungkus yang dibawa dari kota Padang di bagian ujung danau ini (kami berdua menggunakan sepeda motor ke sini). Rasanya..... nikmat sekali memakan ikan bakar dengan cabe merah lebar yang biasanya menjadi pasangan dendeng balado (masih mengalir air liurku mengingat makanan ini...).

kenangan indah dan nikmatnya makan (karena sudah lapar ya...?) masih terasa ketika kami mendekati pinggiran danau. Anak-anak sudah tidak sabar untuk bermain air (wah... mereka tidak tau ya... air danau ini kan dingin..... brrrrr).
ada kenangan lain yang kuceritakan kepada anak-anak dan istriku, yaitu ketika masih menjadi mahasiswa, aku menjalani Kuliah Kerja Nyata di bukit di atas Danau Maninjau ini. eh...ada hal lain yang baru ku ketahui saat tiba di danau ini. ternyata.. dua jagoanku tidak bisa memanjat pohon yang relatif rendah....? (karena biasa hidup di kota Jakarta tidak bertemu pohon untuk dipanjat, jadi mereka takut untuk naik ke atas pohon..... olala....?)

kalian mau tau apa yang menjadi bagian khas dari kunjungan ke Danau Maninjau ini? apabila kita datang dari arah Bukittinggi ke Danau Maninjau, maka pasti melalui tikungan yang jumlahnya ada 44 (empat puluh empat ..... banyak khan). Yah... ini kelokan yang dikenal dengan nama Kelok Ampek Puluah Ampek (Kelok 44).

eh.. ada cerita lucunya....., khan istri dan mertuaku dari negeri Sriwijaya, jadi disaat melewati kelok 44 mereka merasa bahwa kelokan ini akan sangat lama.....? maklum saja, mulai hitungan kan selalu dari 1 (karena kami berada di bawah...). anak-anak sebaliknya merasa senang, karena di setiap kelokan yang dekat dengan bukit, terlihat banyak monyet yang bebas bermain hingga ke pinggir jalan.

keindahan alam ini sempat kuabadikan dengan kamera, walaupun saat kami tiba di puncak sudah mendekati pk. 18.00 (di Sumatera Barat, langit masih terang ketika pk. 18.00 karena menghadap ke arah Barat...). Pantulan cahaya matahari di awan-awan langit senja, serta bentuk danau yang tenang teduh.... memberikan nuansa tersendiri. Aku seakan-akan menjadi pemburu foto, dengan berbekal EOS 500D, kusisir pinggir puncak bukit untuk dapat mengambil gambar-gambar yang menurutku indah.

Bagi kalian yang berminat untuk melakukan perjalanan wisata ke Danau Maninjau dan ingin berburu foto saat senja, ada lokasi hotel di Puncak Kelok 44 yang dapat digunakan untuk istirahat. Disamping itu di dekat danau juga banyak penginapan.

Hal yang berkesan ketika aku meninggalkan pinggiran danau ini adalah, penduduk setempat yang masih sangat bersahabat dan ramah dengan tamu-tamu yang datang.